Prambanan, Bukti Keagungan Bangsa melalui Warisan Budaya

Negara Indonesia merupakan negara yang kaya akan warisan budaya yang megah. Salah satunya adalah candi Hindu yang konon pernah menjadi candi tercantik di Asia Tenggara, yakni Candi Prambanan yang terletak persis di perbatasan Propinsi Daerah Istimewa Yogyakarta dan Propinsi Jawa Tengah. Percandian Prambanan berdiri di sebelah timur Sungai Opak kurang lebih 200m sebelah utara jl. Raya Yogya-Solo.

            Candi Prambanan juga dikenal sebagai candi Loro Jonggrang karena berkaitan dengan legenda yang menceritakan tentang seorang dara yang jonggrang putri Prabu Boko. Candi Prambanan ini dibangun pada abad IX oleh raja-raja Dinasti Sanjaya. Ditemukannya tulisan nama Pikatan pada candi ini menimbulkan pendapat bahwa candi ini dibangun oleh Rakai Pikatan yang kemudian diselesaikan oleh Rakai Balitung berdasarkan prasasti berangka tahun 856M “Prasasti Siwargrha” sebagai manifest politik untuk meneguhkan kedudukannya sebagai raja yang besar.

            Kompleks candi Prambanan yang merupakan warisan budaya dunia nomor 642 terdiri atas latar bawah, latar tengah dan latar atas (latar pusat) yang semakin ke arah dalam makin tinggi letaknya. Tiga candi utama di Candi Prambanan adalah Candi Siwa, Candi Brahma, dan Candi Wisnu. Candi yang terbesar dan paling utama adalan Candi Siwa. Dinamakan Candi Siwa karena di dalamnya terdapat arca Siwa Mahadewa yang merupakan arca terbesar. Pada dinding langkan sebelah dalam terdapat relief cerita Ramayana yang dapat diikuti dengan cara “pradaksina” (berjalan searah jarum jam) mulai dari pintu utama, dan kemudian cerita tersebut berlanjut pada relief candi Brahma.

                        Di setiap dinding bagian luar candi terdapat relief pohon kalpataru yang digambarkan tengah diapit singa. Pohon Kalpataru ini di dalam agama Hindu dianggap sebagai pohon kehidupan , kelestarian dan keserasian hidup. Sehingga keberadaan relief pohon Kalpataru ini pada dinding candi Prambanan menunjukkan bahwa masyarakat pada abad IX telah memiliki kearifan dalam mengelola lingkungannya. Karena memiliki makna yang penting, lambang Kalpataru ini digunakan untuk beberapa kepentingan, misalnya di Indonesia, Kalpataru dijadikan sebagai lambang Wahana Lingkungan Hidup (Walhi).  

            Selain ketiga candi utama tersebut, pada bagian halaman luar dari candi utama juga terdapat 224 buah candi Perwara yang saat ini sudah runtuh akibat Gempa yang mengguncang Yogyakarta pada bulan Mei tahun 2006 silam. Selain meruntuhkan beberapa bangunan candi, gempa ini juga mengakibatkan jumlah pengunjung candi Prambanan pada saat itu menurun drastis. Berbagai isu negatif tentang candi Prambanan muncul dan menyebabkan pengunjung enggan untuk berkunjung ke candi Prambanan meskipun sebenarnya candi Prambanan sudah aman untuk dikunjungi. Namun, hal ini tidak berlangsung lama. Satu tahun setelah gempa itu terjadi, jumlah pengunjung candi Prambanan mulai merangkak naik hingga tahun ini. Berbagai proses renovasi terus dilaksanakan untuk mengembalikan kondisi candi prambanan menjadi seperti semula.       Meskipun telah diusahakan untuk mengembalikan bentuk candi seperti semula, namun retakan-retakan bekas gempa Yogya tahun 2006 masih terlihat jelas pada dinding beberapa candi.

            Saat memasuki kawasan Candi Prambanan ini, pengunjung diwajibkan untuk memakai sarung batik berwarna putih yang disediakan oleh pihak pengelola candi. Hal ini sering dikenal dengan sarungisasi. Sarungisasi ini dipertahankan bertujuan untuk kepentingan melestarikan budaya yang sudah ada sejak dulu. Di dalam museum Candi Prambanan juga terdapat relief Candi Borobudur yang menunjukkan bahwa masyarakat Indonesia pada jaman dahulu sudah memahami sikap toleransi antar agama, karena Candi Prambanan merupakan candi yang bercorak Hindu tetapi di dalam museumnya juga menyimpan relief Candi Borobudur yang bercorak Budha. Hal lain yang membuktikan bahwa candi Prambanan ini masih kental dengan budaya Jawa adalah di kawasan candi Prambanan ini, pengunjung dapat melihat pertunjukkan teater tentang cerita Ramayana di Trimurti Theater setiap hari selasa dan kamis pukul 19.30 – 21.30 WIB.

 ImageImageImageImage

Leave a comment